
Tulisan Arab Robbana dholamna anfusana doa
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin
Robbana dholamna anfusana Doa Artinya
Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.
Surah Al A’raf Ayah 23
Kisah Nabi Adam (AS) menandai dimulainya awal kehidupan manusia dan menggambarkan kejadian pertama umat manusia. Allah SWT menciptakan Adam (AS) dan mengangkat derajat ciptaannya tersebut dengan menyuruh semua Malaikat-Nya tunduk hormat kepadanya, “Dan [katakanlah] ketika Kami menyeru kepada para malaikat, “Sujudlah kepada Adam’; maka semuanya sujud kecuali iblis. Dia menolak dan menyombongkan diri dan termasuk golongan orang-orang kafir.” (2:34) Dalam surat Al-A’raf, Iblis ditanya, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud ketika Aku memerintahkanmu?” [Iblis] menjawab: “Saya lebih baik daripada dia. Sebab Engkau telah menciptakanku dari api sedangkan dia dari tanah.’” (7:12)
Iblis cemburu dengan ciptaan baru Allah dan merasa tidak dihargai, karena itu dia bersumpah akan membuat kerusakan, “Saya akan mengambil dari para hamba-Mu bagian tertentu. Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan [dosa] pada mereka dan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.” (4:118-119) Allah berfirman dalam ayat berikut, “Iblis menjanjikannya dan membangkitkan hasrat mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh Iblis kepada mereka, melainkan tipuan belaka.”(4:120) ini adalah misi iblis untuk menciptakan keinginan dalam diri kita, memberi kita harapan palsu. Dia ingin menggoda kami dengan mempercayai kesesatan, tapi Allah SWT telah memperingatkan kami bahwa ini hanyalah tipuan belaka.
Sekarang, saat, Adam (AS) berada dalam Jannah (Surga) dan diberikan petunjuk dari Allah (SWT) yang disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 35, “Wahai Adam, tinggallah, kamu dan istrimu, dalam Surga dan makanlah di dalamnya [dengan mudah dan] jumlahnya banyak dimanapun kamu mau. Tapi jangan kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” Tidak hanya itu Adam (as) dilarang makan Apel, Allah juga memperingatkan dia untuk menjauh dari pohon tersebut.
Hal ini seperti peringatan untuk tidak melakukan Zina (perzinahan), Allah SWT bahkan melarang kita untuk mendekatinya. Pelajaran di balik ini adalah Dia tahu satu hal yang dapat mengarah ke yang lain dan sebelum kalian tahu itu, kalian menuju jalan satu arah tanpa jalan keluar. Kita harus melakukan banyak hal dengan jarak, yang berarti kalian dan saya harus menjaga diri dari hal-hal diragukan.
Ada banyak hal yang bisa dibahas terkait ilmu kebiasaan. Akan jauh lebih mudah untuk menjauhkan diri daripada menghilangkan kebiasaan buruk. Satu prinsip yang dapat membantu Anda dalam membentuk kebiasaan adalah mengembangkan identitas atau cerita tentang bagaimana Anda melihat diri Anda sendiri. Contohnya, jika Anda belum pernah merokok, mudah bagi anda untuk mengatakan tidak ketika seseorang menawarkannya karena Anda tidak dikenal sebagai seorang perokok. Demikian pula, jika Anda mencoba untuk berhenti dan kau berkata,” Memang, saya perokok sepanjang hidup saya” maka saya yakin hanya sebentar saja dan Anda akan segera kembali merokok lagi.
Orang-orang akan selalu hidup dengan apa yang mereka yakini. Untuk orang yang tidak pernah merokok, tenaga yang digunakan ketika mengatakan tidak sangat sedikit dan seperti tanpa usaha sama sekali. Demikian pula, jika Anda ingin menurunkan berat badan bukannya berfokus pada tujuan untuk menurunkan sekian kilogram (kesalahan yang dilakukan banyak orang), mulailah dengan premis bahwa Anda adalah orang yang suka aktif setiap hari dan buktikan kepada diri sendiri dengan melakukan tindakan sederhana. Makan apel, minum air, jogging selama 5 menit di sekitar kompleks. Tindakan sederhana tersebut adalah sinyal yang berkomunikasi kepada diri sendiri bahwa Anda adalah orang sadar akan pentingnya kesehatan. Pada gilirannya hal tersebut membantu membentuk identitas yang menjadi awal lingkaran positif dan dapat memaksakan kebiasaan untuk olahraga setiap hari.
Hingga pada akhirnya Allah SWT mengetahuinya, Adam (AS) menjadi korban tipu muslihat Iblis dan diapun mengkhianati perintah Allah SWT, “Dan Adam dan istrinya telah memakan buah itu, dan nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun Surga. Maka Adam mendurhakai Tuhannya dan mendurhakai perintah-Nya” (20:120). Ini bisa menjadi bagian dari rencana Allah untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap ketika kita goyah dalam tindakan kita dan gagal untuk mengikuti kode etik kita. Apa yang Adam (AS) lakukan berikutnya adalah sebuah kehormatan, dia segera mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menyesali keputusannya. Hal tersebut terdengar sederhana tapi berapa banyak dari kita bisa melakukan hal yang sama? Wajar bagi kita untuk menyalahkan orang lain demi melindungi harga diri dan ego kita. Sangat mudah untuk menyerahkan tanggung jawab daripada menerimanya, jadi kita mudah menunjuk dan menyalahkan keadaan, orang-orang, atau lingkungan. Kita membuat daftar seluruh alasan termasuk segala sesuatu yang dapat masuk dalam daftar itu tapi kita lupa menempatkan diri kita dalam daftar itu.
Bisa mengakui kesalahan dan menerima kesalahan merupakan tanda luarbiasa dari keyakinan dan dedikasi kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Itulah tanda keimanan kita (kepercayaan kita). Bukan rahasia lagi, kita pasti akan membuat banyak kesalahan tapi selama kita tidak hilang keyakinan kepada Allah dan terus bertobat kepada-Nya, maka kita punya kesempatan untuk menerima rahmat-Nya dan untuk memperbaiki diri.
Banyak yang merasa putus asa karena menganggap sudah sangat terlambat bagi mereka, tapi tidak pernah ada kata terlambat untuk memohon ampunan dari Allah, “Allah pasti akan menerima taubat kamu…”.(4:27) Hanyalah orang-orang yang berdosan dan tidak lagi takut kepada Allah SWT yang harusnya merasa khawatir. Orang semacam ini telah memiliki keyakinan mendalam bahwa dia tidak harus bertanggung jawab kepada siapa pun. Hal ini merupakan paradoks lucu, jika Anda tidak merasa khawatir, itu artinya Anda seharusnya khawatir. Dan jika Anda khawatir, maka Anda tidak perlu khawatir. Adam (AS) telah diuji, dia bertanggung jawab atas tindakannya dan segera meminta ampunan sang penciptanya. Mengikuti cara ini adalah tanda seorang Mukmin (orang yang percaya)